Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Puisi 140 Huruf


001
Aku pernah rindu kepada senja dikotaku
Serupa tatapan matamu yang mengajarkan aku untuk membaca sesuatu, Cinta misalnya. (Ckonyell)

002
Asa ada dalam kehidupan
kendala ada dalam langkah
ketika hati terketuk
hati ini hanya diam dalam suka
kala kegalauan singgah dalam dada
Dada ini murung tak bernyawa. (Ckonyell)

003
Di senyap longlongan waktu
Kuyu dan letih tanganku bersikukuh
Harus dimanakah lagi kulukis senyum dan suaramu
Agar rinduku tak berselisih. (Ckonyell)

004
Kala malam berteman sepi
Disini aku menunggu pagi
Sendiri rebahkan hayalan
Tanpa sinaran rembulan. (Ckonyell)

005
Bening terjatuh
berselancar di tirus kaca
Lalu ku bisikkan padanya
Tentang rindu yang di bawa angin
Limbung tak bertuan
Terhuyung di gerobak
Gerobak pekat awan. (Ckonyell)

006
Semoga malam ini kan cepat melintas batas
Dan mentari kan bersinar, embun pagi mengupas hati, berharap asa kan bersemi (Ckonyell)

007
Melenggang serabut mendung
Di hamparan fajar yang bersolek
Laksana cahaya lilin yang bersenda semilir bayu
Samarkan bait namamu di kabut fatamorgana
Mengujung satu persatu
Rindu dan wajahmu (Ckonyell)

008
Berdiri gadis di tepian rembulan
Mengais sisa hati mengujung rindu
Kesahkan jingga tentang pesona raut bulan sabit (Ckonyell)

009
Gadis duduk bergumam mengeja angin
Menghitung desah satu persatu
Deras tanpa jeda
Bening tanpa Noktah
Bersenyawa dengan jenjang rindu yang terhempas. (Ckonyell)

010
Seurat tipis benderang jingga
Sebait lembayung di guritan gurindam mega
Tarikan asa yang mulai rapuh
Bergerak tak jelas
Saat pekat hilangkan kesah yang bersandar letih. (Ckonyell)

011
Menggapai waktu di lansiran rembulan
Memahat senyuman di ujung bayangan
Kirakan malam gantikan rumpun impian
Lipatkan kesah syair puisi malam
(Ckonyell)

012
Secawan rindu telah kuteguk, namun di tepian sunyi ini aku tak jua jumpai dirimu. (Ckonyell)

013
Lagi-lagi kenangan itu terbangun bersama kicau burung, lara meradang sepi terurai. (Ckonyell)

014
Aku hanya pejuang kecil dalam bisingnya deru badai, hanya tangis yang mampu terurai dalam penatnya sang waktu. (Ckonyell)

015
Akhirnya mentari terlelap dalam pelukan, sang rembulan terlena dalam impian di angkasa, seperti kita yang selalu haus pertemuan. (Ckonyell)

016
Mega hadir di ujung senja membangunkan awan luka yang terlelap mengundang gerimis di pelupuk mata hati. (Ckonyell)

017
Sesaat setelah gerimis menitik awan rindu berharap pelangi akan datang mewarnai kabut hati. (Ckonyell)

018
Andaikan senyum tak tertutup kabut,mungkin embun tak akan meresap di pipi. (Ckonyell)

019
Kucoba menerjemahi hatimu lewat angin malam, seperti senja yang merangkum senyum pada sang rembulan. (Ckonyell)

020
Di tepian hati yang sunyi, kutemukan setetes bahagia pada sepaket cinta dan air mata yang Tuhan kirim lewat tanganmu. (Ckonyell)

021
suatu hari nanti penyesalan akan bertanya padamu, apakah beku hatimu sudah mencair?
(Ckonyell)

022
Angin pagi membawa warta, di situ kidung cinta kau lantunkan, sajak pujangga kau syairkan.
(Ckonyell)

023
Ketika dusta dan kebohongan berperang mencari kebenaran, aku dan cinta masih setia pada kemaafan. (Ckonyell)

024
Ketahuilah, gerimis di pelupuk mataku berawal dari awan rindu menggumpal yg tak pernah temui respons dari langit-langit cintamu (Ckonyell)

025
Kau pernah nyalakan lilin di gelap sudut hatiku, tapi kau juga mendatangkan angin yang meruntuhkan dan memadamkan lilin itu. (Ckonyell)

026
dingin pagi telah merengkuhku, menyeret hatiku pada dinding hatimu yang beku. (Ckonyell)

027
sajak sendu fatamorgana, bait luka cinta membara, hati kukuh terkikis waktu, tertiup embusan sang bayu. (Ckonyell)

028
pada sajak tanpa nada kau pernah menari-nari di atas melodinya, berirama lalu tiada. (Ckonyell)

029
di semak rumput duka, ikan pun berbisik masih ada umpan yang belum kau selesaikan. (Ckonyell)

030
sebab cinta tak bermuara, biarkan aku mengalir hingga hati menemui hilir. (Ckonyell)

031
Dalam dekapan mimpi tak bertuan, aku pemilik raga yang tak punya jiwa, aku adalah kosong tanpa nyawa. (Ckonyell)

032
dan gelombang rindu yang tak berkompas hanyut tak terarah. (Ckonyell)

033
Lewat desah angin basah, ingin kuraba engkau dalam derasnya hujan. (Ckonyell)

034
Tarian sang pagi membelai lembut hati, hening tanpa tereja sunyi, lukisan pualam hati menapaki tiap jeritan hati. (Ckonyell)

035
Entah mengapa, lagi-lagi senja membawaku berpulang pada
rumah yang sama: kenangan. (Ckonyell)

036
Kau adalah rasa yang tak terterjemahi yang hanya tertulis pada lembaran hati yang tak pernah kutemui arti; cinta. (Ckonyell)

037
Jengah pada harapan, cinta pun membisu. (Ckonyell)

038
Kutemukan huruf-huruf mengusang pada puisi lama. Kutulis yang baru pada halaman berikutnya. Tentu, kita tak lagi di sana.  (SR)

039
Silam masa bertutur teratur. Kusapa dengan santun. Kuharap setelahnya, hujan tidak terpaksa turun. (SR)

040
Sebab kata adalah doa, maka izinkanlah aku bermunajat; semoga, suatu kelak kita akan menjumpai temu. (Ckonyell)

041
Entah mengapa, lagi-lagi senja membawaku berpulang pada
rumah yang sama: kenangan. (Ckonyell)

042
Akhirnya mentari terlelap dalam pelukan, sang rembulan terlena dalam impian di angkasa, seperti kita yang selalu haus pertemuan (Ckonyell)

043
Mega hadir di ujung senja membangunkan awan luka yang terlelap mengundang gerimis di pelupuk mata hati. (Ckonyell)

044
Sesaat setelah gerimis menitik awan rindu berharap pelangi akan datang mewarnai kabut hati. (Ckonyell)

045
Sapuan mentari pagi menghangatkan secangkir kata dalam satu rasa.(Ckonyell)

046
Andaikan senyum tak tertutup kabut,mungkin embun tak akan meresap di pipi. (Ckonyell)

047
Kucoba menerjemahi hatimu lewat angin malam, seperti senja yang merangkum senyum pada sang rembulan. (Ckonyell)

048
kutemukan setetes bahagia pada sepaket cinta dan air mata yang Tuhan kirim lewat tanganmu. (Ckonyell)

049
suatu hari nanti penyesalan akan bertanya padamu, apakah beku hatimu sudah mencair? (Ckonyell)

050
Angin pagi membawa warta, di situ kidung cinta kau lantunkan, sajak pujangga kau syairkan. (Ckonyell)

051
Ketika dusta dan kebohongan berperang mencari kebenaran, aku dan cinta masih setia pada kemaafan. (Ckonyell)

052
Ketahuilah, gerimis di pelupuk mataku berawal dari awan rindu menggumpal yg tak pernah temui respons dari langit-langit cintamu. (Ckonyell)

053
Kau pernah nyalakan lilin di gelap sudut hatiku, tapi kau juga mendatangkan angin yang meruntuhkan dan memadamkan lilin itu. (Ckonyell)

054
dingin pagi telah merengkuhku, menyeret hatiku pada dinding hatimu yang beku. (Ckonyell)

055
Sajak sendu fatamorgana, bait luka cinta membara, hati kukuh terkikis waktu, tertiup embusan sang bayu. (Ckonyell)

056
di semak rumput duka, ikan pun berbisik masih ada umpan yang belum kau selesaikan. (Ckonyell)
057
dan gelombang rindu yang tak berkompas hanyut tak terarah. (Ckonyell)

058
dan gelombang rindu yang tak berkompas hanyut tak terarah. (Ckonyell)

059
Lewat desah angin basah, ingin kuraba engkau dalam derasnya hujan. (Ckonyell)

060
Tarian sang pagi membelai lembut hati, hening tanpa tereja sunyi, lukisan pualam hati menapaki tiap jeritan hati. (Ckonyell)

061
Kulintasi stasiun masa lalu dengan berjalan kaki ke depan. Kereta di sini melaju hanya ke arah belakang.(SR)

062
Aku tidak pernah belajar menyerah. Entah mengapa, aku fasih melakukannya ketika sudah tiada guna memperjuangkan kita. (SR)

063
Kemudian, kita berhenti bertanya bahagia itu apa. Beberapa hal memang cukup dirasakan saja. (SR)

064
Tidak ingin kutahu apa isi dari naskah takdir. KarnaAku tahu, bahagia dan sedih datang bergilir. (Ckonyell)

065
Kau sengaja membutakan mata. Hingga tidak mampu membedakan mana cahaya cintaku, mana terang semu. (SR)
066
Kali pertama, debar itu tidak kuterjemahkan dengan cepat. Biar saja waktu nanti menjelaskannya dengan tepat. (SR)

067
Menuduh waktu sebagai penyebab tidak akan mengembalikan kita. Semestinya cinta selalu terlahir sesukanya. (SR)

068
Nikmatilah cinta ini. Dan jangan cemarkan hati dengan merasa kau masih sendiri. (SR)

069
Aku tidak mengejarmu. Cinta mengatakan, sudah selayaknya kau kutemukan. (SR)

070
Kutulis puisi pada permulaan hari. Kutuang pada dua cangkir. Kau malah pergi mencari pagi yang lain.(SR)

071
Diam-diam kau mendoakanku. Diam-diam aku memikirkanmu. Diam-diam kita bertemu di mimpi. Cinta, bisakah bersatu dalam diam? (Ckonyell)

072
Bukan memerkarakan arti sesal. Bahkan, jauh sebelum itu. Aku didesak semacam tanya. Kita itu apa? (SR)

073
Sekian rindu berkembang biak. Satu cinta berkembang baik. Itu karenamu. (SR)

074
lalu airmata berkembang biak, kesedihan berkembang biak, itu juga karenamu. (SR)

075
Di suatu zaman, kebahagiaan adalah saat di mana perang hilang, dan kasih sayang kembali terbilang. (Hadi ichsaaN)

erika n.s 

1 komentar untuk "Puisi 140 Huruf"